Dari hasil kesepakatan yang tertuang dalam tata tertib pemilihan Perbekel bahwa siapapun calon yang memperoleh suara 50% + 1 maka akan ditetapkan sebagai pemenang. Hal ini membuat calon nomor urut 1 I Wayan Windu Ardana ditetapkan sebagai pemenang, yang selanjutnya diajukan ke Bupati Bangli untuk ditetapkan sebagai Perbekel Desa Persiapan Selat dan setelah 3 tahun Desa Selat menjadi Desa Persiapan, akhirnya pada tanggal 25 Pebruari 2008 Desa Selat ditetapkan sebagai desa definitif berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangli nomor 7 tahun 2008, dan menurut tokoh dan penglingsir yang ada di wilayah Desa Selat, bahwa Desa Selat sebetulnya mempunyai sejarah tersendiri, sebagai berikut :
Sebelum kolonial Belanda menjajah kepulauan Nusantara, Pulau Bali diperintah oleh Raja. Pada umumnya para raja tersebut selalu ingin memperluas pengaruh terhadap kerajaan tetangganya. Usaha mempengaruhi ini sering berakhir dengan peperangan.
Sesuai dengan cerita tokoh - tokoh Desa Selat bahwa ketika ada siswa dari Ida Peranda Sakti Wawu Rauh bersama Tujuh Orang yang diperintah oleh Ida Peranda Sakti Wawu Rauh (Dang Hyang Nirarta) yang sesuai dengan isi sastra Agama yang didapat di Pasraman Taman Pule Mas, Gianyar. Yang mana beliau selalu kukuh pada pendiriannya menjalankan Berata Pariwrajaka yaitu selalu berjalan ngumbara desa untuk menyebarkan ajaran agama, seperti memberi upacara kepada tumbuh-tumbuhan yang pada intinya untuk menuju Jagadhita. Pada saat Peranda Sakti Wawu Rauh akan meninggalkan Mas, Gianyar akan pergi ke Sasak, Lombok, Siswa Beliau berjumlah tujuh orang mohon restu dimana Beliau mendapat tempat, oleh Ida Pedanda, diberikanlah mandat agar Beliau tinggal di SAMIPANING LUWAH PAKERISAN, setelah itu beliau langsung meninggalkan Bali menuju Sasak.
Diceritakan pada pinggiran Luah Pakerisan pada saat itu telah dipenuhi oleh para Brahmana yang berjiwa Ksatria. Oleh karena itu siswa Ida Peranda Sakti Wawu Rauh yang berjumlah tujuh orang itu dan lima orang tinggal di pinggiran Tukad Pakerisan, yang dua orang berjalan menuju arah tenggara dan tinggal di pinggiran Tukad Melangit yang sekarang disebut Sidembunut.
Diceritakan yang lima orang menetap di Tukad Pakerisan dan giat melaksanakan Tapa Bratha sehingga wilayah itu bisa mendapatkan banyak pengikut. Yang tertua mendirikan pasraman di tengah Alas Bulan sehingga disebut Selat Nyuhan, adiknya mendirikan pasraman di bawah pohon Pangi yang sangat besar dan melaksanakan pengobatan, yang sekarang disebut Selat Pengiangan. Adiknya yang ketiga bertempat tinggal di tepi barat dekat Pecampuhan Tukad Pakerisan yang disebut Selat Kaja Kauh. Adiknya yang keempat tinggal di pertengahan wilayah desa yang sekarang disebut Selat Tengah, dan adiknya yang paling bungsu tinggal di wilayah timur dekat tukad Dah yang konon ada bekas pohon Wandira Putih tempat berstana Ratu Mas Melanting, yang sekarang disebut Selat Peken, maka kelima siswa tersebut pada saat itu disebut Bendesa Gede Selat.
Diceritakan sekarang pada tahun 1800 silam Bangli dipimpin oleh I Dewa Gede Tangkeban, pada saat itu Bangli dibagi menjadi empat, yaitu Punggawa Apuan, Punggawa Susut, Punggawa Kayubihi, dan Pungawa Jehem. Apuan dan Susut dijadikan satu kepemimpinan yang dijadikan bentang wilayah Bangli bagian barat, yang pada saat itu sering terjadi perselisihan kepada Raja Gianyar.
Pada saat wilayah Pejeng dipimpin oleh I Dewa Mayun Sudha yang sangat akrab dengan I Dewa Gede Tangkeban, sedangkan raja Gianyar, Sukawati dan Ubud berselisih paham dengan I Dewa Gede Tangkeban yang memunculkulkan fitnah sehingga I Dewa Mayun Sadha diserah oleh Raja Ubud, Sukawati dan Gianyar. I Dewa Mayun Sudha kalah dalam pertempuran sehingga meninggalkan Pejeng yang diikuti oleh 800 KK, dan perjalanan beliau telah melewati Tukad Pakerisan dan setelah hari menjelang sore beliau bersama rakyatnya beristirahat di bawah pohon beringin di Pura Masceti Selat dan berita itu didengar oleh Raja Gianyar, Sukawati dan Ubud sehingga belai menyerang Selat dengan ilmu mejik dan masalah itu didengar oleh I Dewa Gede Tangkeban akhirnya I Dewa Mayun Sudha dipindahkan ke Pinggan Kintamani yang sampai saat ini dibuktikan dengan keberadaan Pura Dalem Balingkang. Dan berdasarkan ilmu hitam yang disebarkan yang menyebabkan wilayah Selat gerubug, sehingga I Dewa Gede Tangkeban mapaica Pratima yang berupa Barong Ket dan Tapel Srenggi kepada Bendesa Gede Selat.
Yang akan digunakan untuk menghadang segala bentuk ilmu hitam, yang sampai saat ini Barong Ket masih disungsung oleh masyarakat Selat. Disamping itu tokoh/Bandesa Selat diberikan Keris Pusaka Ki Ranggarencong yang disungsung di Selat Peken. Ki Rangga Runting disungsung di Selat Tengah, dan Ki Rangga Dali disungsung di Selat Kaja Kauh.
Karena warga Selat telah aktif melaksanakan "satya mitra sasananing prabhu" sehingga Desa Selat menjadi tentram dan damai, dikarenakan setiap daerah perbatasan disebut selat maka sampai saat ini Selat tetap menjadi nama sebuah wilayah yang disebut Desa Selat.
wayan agus marsike |
---|
20 Agustus 2020 08:24:49 KI RANGGA DALI adalah keris tetamian leluhur tiange dari desa selat kaja kauh |